Thursday, September 5, 2013

SIMULASI TEST BERTEST PDH RAD OPTIMUX – 108

Proses pengetesan Channel 1 di PDH OP-108 dari Site A ke Site B, berikut langkah – langkah nya :
Kita Asumsikan Topologi jaringan yang akan kita uji seperti di bawah ini :
  1. Pastikan bahwa link Optik sudah cancel atau tidak ada masalah pada jalur optik.
    
    a). Link A optik normal

  1. Setelah dipastikan link optik tidak bermasalah selanjut nya, setting E1 di channel  1 dengan menggunakan kabel UTP ( Unleased Twisted Pair ) dan konektor RJ45, dengan urutan pin 1 2 4 5.
        
b)  Urutan kabel                                 c) Pemasangan konektor E1 di OP – 108
  pada konektor RJ45
  1. Setelah pemasangan pin, proses selanjut nya krone kabel E1 ke LSA di Channel 1 dan test Tx PDH di LSA dengan menggunakan led tester.
       
d) proses krone kabel E1                                 e) Test Tx arah PDH menggunakan Led Tester
  1. Selanjutnya proses krone Bertest di LSA Site A dan looping LSA channel 1 di Site B untuk memastikan kehandalan link di channel 1, ( untuk setting configurasi bertest ada di panduan sebelum nya )
                 
f) Krone LSA ke Bertest di Site A               g) krone Looping di Site B
Apabila Channel sudah lurus dari site A ke site B maka led tester akan menyala di kedua sisi Tx maupun Rx. Menunjukan bahwa signal Tx dan signal Rx dapat ter sinkronisasi.
  1. Dikarenakan link sudah ter sinktonisasi lurus di channel 1 maka led indikator di perangkat Site A maupun Site B akan menunjukan cancel / normal di channel 1, seperti contoh gambar simulasi di bawah ini.
h) Led Indikator Channel 1 di kedua sisi normal
  1. Jika sudah ter sinkronisasi maka led indikator di Bertest akan menyala dan proses Bertest bisa dilakukan.
i) bertest synchronous
Contoh Kasus bila terjadi  gangguan Alarm AIS pada Channel 2 di PDH OP – 108 berikut cara penanggulangan nya :
j) Alarm Indikator System
Bila terjadi indikator seperti gambar diatas, lakukan langkah – langkah berikut :
  1. Check pengkabelan E1 dari PDH, LSA sampai Perangkat converter
  2. Reset pada perangkat converter ( RICI-E1, FCD E-1LC atau RIC-E1)
  3. Bila alarm AIS masih muncul setelah di reset pada converter, ada baik nya reset PDH di kedua sisi namun hal ini harus dipastikan dahulu dengan pihak Network Monitoring System dikarenakan kemungkinan terganggu pelanggan lain yang menggunakan channel lain di PDH tersebut.
  4. Lakukan Test Bertest untuk kelurusan dan kehandalan jalur bisa disebabkan jalur Channel tidak sama dengan Perangkat di sisi lawan
  5. Manuver Channel bila memungkinkan ( dilakukan 2 sisi )
  6. Bila hal tersebut masih terjadi alarm AIS, Replace PDH OP-108.

TEKHNIK DAN CARA CROSS CONNECT

Tools yang dibutuhkan untuk cross-connect adalah puncher crown LSA K52 K57 LED (Light Emitting Diode) BER Test PC Laptop terdiri dari Sistem Operasi Windows 2000 atau yang lebih baru. Java Port COM, LAN card, USB to LAN OMS Saya membagi tekhnik cross-connect menjadi dua bagian, yaitu fisik dan software. Fisik Yang dimaksud dengan cross-connect fisik adalah aktifitas yang dilakukan untuk menghubungkan dua site secara fisik menggunakan puncher. Katakanlah misalnya yang dihubungkan adalah site A dan C, dan posisi kita ada di site B. Maka saat di site B, kita mencari DDF yang ke arah site A dan ke arah site B. Dengan menggunakan LED, cari yang mana TX dari 1 kabel E1 yang dari site A, dan cari juga yang mana TX dari site C. Setelah didapatkan TX dari masing2 E1, maka hubungkan dengan menggunakan puncher LSA atau K52 atau K57, TX dari site A menuju RX ke site B, dan sebaliknya, hubungkan TX dari site B menuju RX ke site A. Setelah selesai menghubungkan antar kabel TX dan RX, test kembali dengan menggunakan LED. Harus nya semua kabel E1 saat ini sudah memiliki frekuensi dan ditandai dengan lampu LED menyala. Jika masih ada kabel yang belum menyala, maka cross-connect connect yang dibuat masih belum bekerja dengan baik. Selain dengan menggunakan LED, kita juga dapat mengecek cross-connect dengan menggunakan Multi-Tester. Cara nya adalah dengan cara melihat apakah sudah ada frekuensi yang dilewatkan oleh kabel E1, dengan menggunakan fungsi “Hz” pada multi-tester. Sinyal yang baik adalah jika kabel tersebut mengeluarkan frekuensi sekitar 1.023Hz. Dalam beberapa kasus, ada juga kabel yang hanya mengeluarkan frekuensi sekitar 300an Hz. Frekuensi ini tetap bisa melewatkan transmisi. Software Berbeda dengan cross-connect fisik, cross-connect software adalah tekhnik menghubungkan 2 site dengan menggunakan software atau komputer. Disini hanya dijelaskan tekhnik cross-connect menggunakan produk Ericsson yaitu Minilink TN dan Marconi. Traffic Node Ada beberapa hal yang harus di pahami agar dapat mengerti tekhnik melakukan cross-connect menggunakan software. Seperti sudah dijelaskan dibagian awal, bahwa biasa nya TN yang banyak digunakan adalah 6P dan 20P. Bagaimana cara menghitung slot nya? Ini harus diperhatikan untuk instalasi, apalagi dalam cross-connect. PFU (Power Filter Unit) terdapat disisi paling kiri dan menempati slot 0. Slot 1 diisi oleh FAU (Fan Unit). Sedangkan slot 2 sampai dengan 6 dapat diisi LTU155e, LTU16x2 atau MMU2. Sedangkan slot 7 yang diatas diisi oleh NPU 8x2. Menghitung letak slot TN 20P sedikit lebih mudah dibandingkan dengan TN 6P. Sisi paling kiri atau slot 0 diisi oleh PFU. Di slot 10 diisi oleh NPU, sedangkan slot lainnya dapat diisi dengan MMU, SMU, LTU155e dan LTU16x2. Untuk keperluan cross-connect, yang diharus dipahami adalah peletakan slot LTU 16x2 dan LTU155e. Masuk ke TN Untuk dapat masuk ke TN, yang harus diperlukan adalah alamat IP. Jika TN tersebut belum pernah di commissioning, maka IP default nya adalah 10.0.0.1 dengan subnet mask adalah 255.255.255.0. Sedangkan jika TN tersebut sudah di commissioning, maka IP nya dapat dilihat disisi kiri TN terdapat sebuah lempengan. Dan jika lempengan tersebut belum di berikan alamat IP, atau IP yang dilempengan tersebut salah, maka kita dapat mengetahui IP dari TN tersebut dengan menggunakan kabel DB9 male to female ( Semua E1 / port yang terdapat disisi DDF, baik LSA, K52 atau K57 didalam software dikenal 1A sampai dengan 4D. dibawah ini dijelaskan table konversi dari port fisik ke angka disoftware. Fisik Software E1 1 1A E1 2 1B E1 3 1C E1 4 1D E1 5 2A E1 6 2B E1 7 2C E1 8 2D E1 9 3A E1 10 3B E1 11 3C E1 12 3D E1 13 4A E1 14 4B E1 15 4C E1 16 4D Tabel konversi fisik ke software. Ke 16 E1 ini biasa nya terdapat dalam satu slot LTU 16x2. Dengan demikian, berapapun jumlah LTU 16x2 yang terdapat dalam sebuah TN, maka total nya adalah dikali 16 E1. Setelah memahami slot E1 fisik, selanjutnya adalah memahami apa yang disebut dengan Air Interface (Um). E1 Air Interface 1 1.1.1 2 1.1.2 3 1.1.3 4 1.2.1 5 1.2.2 21 1.7.3 34 2.5.1 s/d s/d 63 3.7.3 Tabel konversi E1 ke Air Interface Jenis Slot / LTU Keterangan 16x2 Adalah E1 yang jatuh langsung ke DDF. Jika dilihat disoftware maka cirinya adalah 1A, 1B, 1C, 1D, 2A s/d 4D 155e Adalah E1 yang tidak kelihatan. E1 ini digunakan untuk menghubungkan antara 1 site dengan site yang lain atau lebih. Jika dilihat di software maka cirinya adalah 1.1.1, 1.1.2, 1.4.3, 1.6.2, 1.7.2, s/d 1.7.3 Untuk dapat melakukan cross-connect menggunakan software, ada dua hal yang harus diperhatikan, yaitu : Pastikan secara fisik di near end dan far end terdapat E1 (biasanya lebih disebut dengan port) yang kosong (tidak terdapat loop, atau lampu di RX mati). Dan cek juga disoftware apa sudah ada cross-connect yang digunakan. Pastikan juga air interface near end dengan air interface far end ada yang sejenis. Misalnya kita melihat bahwa air interface 1.7.2 di near end tidak digunakan, maka lihat juga di far end, dan pastikan kalau air interface 1.7.2 juga tidak digunakan. Katakan lah, E1 di DDF K52 yg kosong disite "A" adalah E1 15, ini berarti dalam software TN, E1 ini dikenal dengan port 4C. Dan kita cari juga air interface yang kosong di LTU155e pada TN yg sama, katakan juga kita mendapati terdapat air interface 1.7.2 yang kosong. INGAT, jika kita ingin menggunakan air interface 1.7.2 di site A, MAKA PASTIKAN JUGA disite B (Far end) air interface 1.7.2 juga masih kosong. Dengan meng-klik Configuration -> Traffic Routing, buatlah crossconnect di TN site A. Setelah selesai, lanjutkan pindah ke site B. Cari port E1 yang masih kosong, buka TN nya, dan buat crossconnect dengan menghubungkan air interface 1.7.2 dengan port E1 disite B yang masih kosong tadi. Lanjutkan dengan mengetest kelurusan.

PERANAN DDF ( DIGITAL DISTRIBUTION FRAME ) DAN KABEL E1 SEBAGAI MEDIA UNTUK MENGHUBUNGKAN MSC DAN BSC DALAM BENTUK DATA DAN VOICE

Kabel E1 E1 atau sirkuit E-1(Inggris: E-carrier) adalah nama format transmisi digital dengan 31 kanal suara digital berkecepatan 2,048 megabit per detik. E1 merupakan standar yang dipakai di Eropa dan Indonesia. Standar E1 ini ekivalen dengan standar T1 yang dipakai di Amerika, dengan perbedaan T1 menggunakan 24 kanal suara digital dengan kecepatan 1,554 megabit per detik. Saluran ini berbentuk saluran telepon khusus dan digunakan pada awalnya untuk sambungan trunk antar sentral telepon, namun sekarang mulai banyak disewakan oleh perusahaan telekomunikasi untuk jalur komunikasi data Ciri-ciri Kabel E1 Kulit luar sama seperti kabel LAN/UTP yang bewarna abu-abu lapisan ke-2 terdapat pembungkus alumunium foil lapisan ke -3 pembungkus plastik warna : Biru/Putih – Biru/Merah, Orange/Putih – Orange/Merah, Hijau/Putih – Hijau/Merah, Coklat/Putih – Coklat/Merah, Abu-abu/Putih – Abu-abu/Merah Terdapat kawat grounding. DDF (Digital Distribution Frame) DDF (Digital Distribution Frame) adalah perangkat distribusi, antara multiplekser digital dan perangkat tukar menukar yang digunakan antara multiplexersequipment digital atau peralatan non layanan suara, melaksanakan fungsi-fungsi seperti koneksi kabel, kabel patch dan uji loop yang mentransmisikan sinyal digital. Berikut adalah gambar dari DDF K52 dan DDF K57 yang terlihat pada gambar dibawah: DDF berfungsi sebagai alat untuk mengcrossconnect-kan koneksi antara TX dan RX dari kabel E1 dalam bertukar informasi baik dalam bentuk data atau voice. Dalam protokol persinyalan, akan ada TX (input) dan RX (output), kedua hal tersebut harus terhubung dalam 1 garis karena RX (output) dari provider akan menuju kepada TX (input) customer yang menggunakan fasilitas ini. Untuk meng-loop kan sinyal TX (input) dan RX (output), maka digunakanlah DDF. Berikuit ini adalah perbedaan dari DDF K52 dan DDF K57: 1. DDF K52 : Memiliki 24 sistem frame pada setiap DDF, dan banyak power yang harus dikeluarkan sehingga perangkat DDF cepat panas sehingga untuk harus ditempatkan pada runggan yang dingin. DDF K57: Memiliki 32 sistem frame pada setiap DDF, dan hanya sedikit power yang dikeluarkan sehingDga DDF tidak terlalu cepat panas, tetapi untuk perawatannya tetap pada ruangan yang bersuhu dingin. DDF K57 merupakan keluarkan terbaru setelah K52. Crossconnect Menggunakan Kabel E1 dengan DDF Kabel E1 digunakan sebagai jalur data, sedangkan DDF adalah alat untuk mempertemukan antara TX (input) dan RX (output) dengan cara mempertemukan sisi kabel E1 yang berbeda. Caranya adalah : Langkah Pertama dengan mengkoneksikan kabel E1 pada DDF 1 terlebih dahulu yang berisi kabel warna Putih, coklat kemudian dan kawat grounding pada DDF, setelah terkoneksi pada DDF 1 kemudian untuk DDF 2 harus menggunakan LED untuk mengetahui atau meyakinkan TX (transmit) sudah dapat diterima atau tersambung dengan RX (recive) pertama, bila pada DDF kedua salah satu TX atau RX pada lampu LED menyala, pada kabel E1 harus dipasang berlawanan dengan nyala lampu LED yang tidak menyala dan sebaliknya. Warna yang ada pada kabel E1, dikoneksikan seperti gambar di atas harus terhubung dengan baik agar tidak terjadi kesalahan saat mengCrossConnect. Media transmisi merupakan wadah penyaluran sinyal informasi baik itu Suara atau voice, data berupa text digital, gambar, video, dan lain-lain